Kondisi ini diperparah dengan indeks literasi asuransi yang hanya sekitar 31,72% dibanding indeks literasi keuangan keseluruhan tingkat nasional yang mencapai 49,68%.
“Jadi, memang masih sangat sedikit masyarakat yang memahami secara mendalam tentang asuransi,”kata Tulung.
Dia juga menambahkan bahwa dalam kategori literasi, ada empat tingkatan, yaitu well-literate (melek tinggi), sufficient literate (cukup melek), less literate (kurang melek), dan yang terakhir adalah not literate (tidak melek). Jadi, dari angka 31,72%, belum semuanya well-literate.
“Yang mengejutkan adalah bahwa Sulut menduduki peringkat 33 dari 34 provinsi dalam indeks Tingkat Kegemaran Membaca yang juga disusun oleh Badan Pusat Statistik. Kondisi ini patut mendapat perhatian serius karena tingkat literasi memiliki keterkaitan yang erat dengan kegemaran membaca,” jelasnya.
Dampak Tindakan Oknum Tidak Bertanggung Jawab pada Kepercayaan Publik dan Industri Asuransi
Membahas lebih lanjut mengenai manfaat asuransi,Tulung mengatakan bahwa selain melindungi ketahanan finansial keluarga ketika anggotanya terkena risiko jiwa atau kesehatan, asuransi, juga berpotensi sebagai sumber pembiayaan jangka panjang bagi negara, selain sektor perbankan.